Memahami Fenomena Terorisme Dan Langkah Yang Dilakukan Indonesia

/ Senin, 02 Juli 2018 / 20.07



Share by Kombes Pol Herry Dir PAM Obvit Poldasu.
Sumut,Topinformasi.com - Dilansir dari  wawancara Kapolri  dengan channel News Asia
(1) Bagaimana memahami fenomena dan pola serangan bom bunuh diri di beberapa Gereja dan Polrestabes Surabaya?

(2) Kenapa menggunakan serangan dengan pelibatan keluarga, yaitu isteri dan anak2?

(3) Tidak adakah intelijen sehingga bisa mencegahnya?

(4) Apa yg terjadi di Rutan Mako Brimob yg menewaskan  petugas?

(5) Bagaimana perkembangan terorisme di dunia saat ini dan langkah apa yg dilakukan Indonesia?

KAPOLRI,
Pertama,  peristiwa serangan di Surabaya, baru lalu, adalah fenomena baru. Pelaku mengadopsi taktik serangan ISIS dengan melibatkan keluarga.

Kedua, ada keyakinan kuat bahwa pelibatan keluarga, khususnya istri dan anak2, sebagai media jihad untuk bersama-sama masuk ke dalam surga.

Ketiga,  brainwashing (cuci otak)  dilakukan sebagai upaya indoktrinasi yg intensif (intensive indoctrination) oleh JAD di kalangan mahasiswa dan sarjana2 yg baru tamat.

Keempat,  ada ISIS supporting di Indonesia yg terus melalukan aneka serangan yang sama seperti dilakukan ISIS.

Kelima, intelijen sangat berfungsi penting dalam mendukung pengkayaan informasi dalam bentuk gugus tugas (task force), baik di level nasional dan propinsi. 

Keenam, peristiwa Mako Brimob berada dalam konteka manajemen tahanan yg membutuhkan pengamanan ekstra bagi terduga dan tahanan teroris yg sangat membutuhkan specific treatment (perlakuan khusus) dengan pertimbangan keamanan.Rutan Mako Brimob tidak cukup tepat (not profer)  dan cukup baik (sufficient) didesain untuk memenuhi standar maximum security, apalagi semakin sulit karena jumlah penghuni tahanan (inmate) yg semakin banyak.

Ketujuh, penanganan serangan teroris tidaklah mudah. Ada banyak cara digunakan pelaku teror. Modus bom bunuh diri (suicide)  yang terjadi adalah alasan ideologis (ideological reason)  dg menggunakan aneka cara yg sesungguhnya sulit dilacak krn tdk ada kartu identias apapun yg bisa dibaca. Begitu juga dg modus perlawanan (confrontation) seperti yg terjadi di Pekanbaru.

Kedelapan, aksi brutal pelaku semakin berbahaya karena menggunalan perempuan dan anak2.

Kesembilan, dibutuhkan pencerahan dari kalangan intelektual Islam tuk menjelaskan bahwa haram hukumnya melibatkan perempuan dan anak2 dalam tindakan kekerasan.

Kesepuluh, fenomena terorisme adalah iceberg (gunung es). Radikalisasi adalah transfer penting bagi lahirnya radikal energi bagi gerakan terorisme. Dan deradikalisasi adalah upaya penting mengikis gunung es dari dasarnya.***(Red)
Komentar Anda

Berita Terkini