Alat Musik Kolintang, Perform di Dialog Kebudayaan Forkala Kota Medan

/ Jumat, 26 Januari 2018 / 18.41
Medan,

            Saat adanya komunikasi diantara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, disitulah terjadinya komunikasi antar budaya. Karena menurut para ahli, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya. Dengan kata lain,  komunikasi antar budaya merupakan seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.
            Hal ini disampaikan Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) Sumut Rolly Piay didampingi Sekretaris Jimmy AP Lumunon dan beberapa anggota usai menghadiri undangan kegiatan Dialog Kebudayaan Forum Komunikasi Antar Budaya Adat (Forkala) Kota Medan yang dilaksanakan di Medan Club, Jalan RA Kartini, Selasa (24/1) yang berthemakan “Dari Medan Untuk Indonesia, Merajut Kebhinekaan Merawat Kebangsaan”.
            Dikatakannya, bahwa Ia sependapat dengan Sir Edwards B Taylor seorang ahli kebudayaan yang mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dengan pengalaman historisnya. Termasuk disini adalah pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, kemampuan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
            “Komunikasi antar budaya terjadi, ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan dipertemukan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan komunikasi yang terjadi ketika kedua orang atau lebih sedang proses berkomunikasi untuk mencapai pemahaman dan pengertian diantara khalayak yang berbeda kebudayaan. Oleh karena itu, kegiatan inilah yang membawa keselarasan dalam berkomunikasi,”Ketua K3 Roly Piay.
Yang mana, sambungnya lagi, komunikasi antar budaya pada hakikatnya dapat menciptakan keselarasan dan kebersamaan. Selain itu juga dapat saling memahami sisi-sisi perbedaan antar individu. Hal itu pun sering terjadi di Indonesia, karena Indonesia merupakan negeri yang memilik ragam budaya. Dan perbedaan inilah yang harus didukung, dipelihara dan dilestarikan.
Dengan adanya kegiatan komunikasi antar budaya yang digelar Forkala Kota Medan ini telah memberikan dampak positif untuk mempermudah bersosialisasi dan meminimalisir kesalahpahaman. Karena ada beberapa fungsi dari komunikasi antar budaya diantaranya adanya hubungan interaksi, menambah pengetahuan, menyatakan identitas sosialnya dan menghibur.
“Dalam hiburanpun juga dapat ditemukan komunikasi antar budaya disaat kita menonton tarian, nyanyian dan drama yang dipertunjukkan. Seperti yang tadi kita lihat, perform alat musik kolintang asal daerah kita Minahasa yang khusus dipertunjukkan di kegiatan tadi,’ujarnya sembari mengapresiasi dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan Forkala kepada K3 Sumut untuk menampilkan alat musik tradisonal Kolintang di kegiatan dialog Kebudayaan kota Medan.
Sekedar diketahui, kolintang adalah sejenis alat musik khas berasal dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang cara memainkannya sama halnya dengan cara memainkan alat musik gamelan di dataran Jawa. Akan tetapi alat musik kolintang mempunyai perbedaan dari segi bahannya yang terbuat dari kayu yang disusun rapi dan sejajar. Kolintang mempunyai 14-21 bilah kayu dan panjang sekitar 30-100 cm, yang lebih pendek bertindak menghasilkan tangga lagu (not) yang tinggi. Kayu yang lebih panjang bertindak menghasilkan not yang rendah. (Marko Sembiring)  

Keterangan  gambar : Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) Sumut Rolly Piay saat foto bersama   
Komentar Anda

Berita Terkini