Terkait
dengan pemindahan Dokter Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli yakni dokter
spesialis Obstetri dan Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) dr. Fatolosa
Pardomuan Panjaitan, Sp.OG ke UPT
Puskesmas Botomuzoi berdasarkan surat perintah bernomor 824.4/15/BKD/2018 menuai
pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Anggota DPRD Kabupaten Nias Berian Mei Laoli
kepada reporter www.metro-online.co terkait dengan
pemindahan dokter dari RSUD Gunungsitoli menyampaikan bahwa sanksi wajib
diterapkan guna perbaikan RSUD Gunungsitoli sendiri. Saya mendukung langkah
tegas untuk merubah mental oknum para dokter kita yg melalaikan tugas dan
tanggung jawabnya. Tegasnya.
Banyak pasien yang tak tertolong karena kelalaian
dan diabaikan oleh oknum para dokter kita. Maka demi perbaikan RSUD
Gunungsitoli maka ketegasanlah solusinya maka pasti banyak orang tidak suka dan
wajar hal ini terjadi.
Masih Berian Mei Laoli bila RSU
Gunungsitoli hancur maka orang pertama yang disalahkan dan dibuly siapa? Pasti
pemimpin nya, pasti banyak cerita diluar sana percuma dia pemimpin, tidak
becus, tdk bisa mengatur, tdk disiplin, tidak berani memberikan sanksi, Oalah
dunia terbalik harusnya oknum dokter kita harus sadar diri dan intropeksi diri
semua adalah pengabdian diri kita bagi masyarakat, bukan sombong, dan tinggi
hati krn merasa dibutuhkan krn spesialis, banyak pasien jadi korban dan
diabaikan karena berpraktek dirumahnya dan bekerja ditempat lain.
Lebih baik tidak ada dokter apa
bila makan hati dan melukai perasaan pasien, mereka digaji sebagai PNS, TTP 10
jt/bulan,Pembagian Jasa BPJS.dll.
Inilah Akibatnya apa bila
melalaikan tugas dan tanggung jawab sebagai sumpah profesi, inilah Akibatnya
apa bila merasa sebagai oknum Dokter spesialis bahwa merasa dibutuhkan, inilah akibatnya
merasa tinggi hati bila di ingatkan, tutur Laoli.
Iannya menyampaikan pengalaman
pribadinya dirumah sakit apabila diatas Jam 02.00/14.00 WIB maka jangan harap
ada dokter Spesialis dirumah Sakit, karena Sibuk berpraktek dirumah dan berpraktek
dirumah sakit lain untuk mencari uang, sesungguhnya mereka itu Adalah PNS Kabupaten
Nias yg siap ditugaskan dimana pun untuk pelayanan masyarakat.
Lebih lanjut Berian sampaikan
pengalamnya, Saya mengantar istri di RSU Gunungsitoli karena sakit dan harus
diopname dan belum diketahui diagnosanya, kami datang jam 3 sore, dokter
spesialisnya baru datang jam 9 malam sementara jadwalnya pada saat itu, lalu
saya menelusuri keberadaan dokter spesialisnya oalah sedang bertugas membuka
praktek dirumahnya dan melalaikan tugas utamanya.
Lanjutnya, ketika saya membawa
anak saya yang sakit di praktek salah satu dokter spesialis ianya sampaikan
kepada saya bahwa untuk tes darah silakan datang dirumah sakit Si A, apabila
dirumah sakit umum kan semua kita sudah tau pelayanannya seperti apa, tidak
bagus, sementara beliau status Dokter PNS milik RSU Gunungsitoli.
Kemudian pernah saya juga
mengantar bayi berumur 2 tahun di RSU yang hampir kehilangan nyawa akibat demam tinggi, saya melihat jadwal dokter pada
saat itu bahwa ada dokter spesialis yang jaga tapi kenyataanya tak ada, sibuk
dokter umum konsultasi kepada dokter spesialis bagaimana petunjuk penanganannya
padahal sibayi sudah sempat tidak bernafas.
Masih pengalaman Anggota DPRD
Nias yang dikenal vocal memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil, Istri teman
saya mau melahirkan padahal sudah didiagnosa sudah pecah air ketuban, namun
baru dioperasi besok harinya sehingga sibayi tidak tertolong, sungguh disesali
sekali, Ujar Berian.
Jujur saya sangat geram melihat
kesombongan para oknum Dokter spesialis kita, ini tak boleh dibiarkan wajib
ditindak tegas, harapnya.
Sementara Ketua
Bara Saro Kabupaten Nias Paulus Sohahau Halawa justru sangat menyesali sikap
Bupati Nias atas pemindahan dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) dr. Fatolosa Pardomuan Panjaitan, Sp.OG ke UPT Puskesmas Botomuzoi tersebut.
Paulus Sohahau yang dikenal
juga sebagai aktifis ini menyampaikan bahwa bau busuk Rumah Sakit Umum
Gunungsitoli mulai merasuki pola pikir masyarakat beberapa tindakan tidak
terpuji pimpinan mencoreng nama Kabupaten Nias.
Ditambahkannya bahwa arogansi
kepemimpinan ini akan fatal endingnya, ianya berharap Bupati Nias lebih bijak
dalam mengambil setiap keputusan, jika tidak maka akan berakibat fatal dan yang
menjadi korban adalah masyarakat.
Sementara Bupati Nias Drs.
Sekhiatulo Laoli dan dr. Fatolosa Pardomuan Panjaitan, Sp.OG terkait kisruh ini
belum berhasil ditemui karena hari libur.
Namun pantauan reporter di
Media Sosial terkait pemindahan dokter ini pembahasannya kian memanas (Marinus
Lase)