Sejak 2 bulan belakangan ini, kebijakan sekolah swasta Bodhicitta yang berlokasi di kecamatan Medan Area yang berubah sesuka hatinya tanpa ada melibatkan orang tua (ortu) siswa dalam memutuskan kebijakan tersebut, mendapat kritikan tajam.
Salah satu contoh kebijakan yang mendapat kritikan yakni, tidak diperbolehkan masuknya ortu siswa yang hendak mengantar makanan ataupun menjemput anaknya pulang sekolah. Bahkan, ada beberapa keperluan ortu siswa yang hendak mengurus administrasi juga tidak diperbolehkan masuk ke lingkungan sekolah.
Menurut pantauan di lokasi, para ortu siswa yang tengah menunggu anaknya, hanya dapat berdiri didepan pintu tanpa disediakan ruang tunggu, sambil berkeringat apabila matahari panas terik.
"Kami orang tua siswa yang kurang mampu, bahkan merelakan waktu jam makan kerja untuk menjemput anak, menitipkan makan dan membayar uang sekolah, namun pihak sekolah seolah tidak memperdulikan kami," ujar salah seorang ortu siswa yang minta namanya tidak ditulis, Kamis (7/12/2017).
Pendapat senada diungkapkan oleh ortu siswa lainnya Agus. Dia mengatakan, kebijakan tidak nenyediakan fasilitas ruang tunggu ini harus disosialisasikan, tidak boleh hanya keputusan sepihak dari sekolah.
"Kami diperlakukan seperti apa harus berdiri di terik panas dan hujan? Pintu cuma dibuka kecil untuk anak keluar. Bahkan antar makanan dan bayar uang sekolah juga diatas jam tertentu. Kami kerja. Tidak semua memiliki rekening bank sehingga harus bayar tunai," ketusnya.
Bahkan, lanjut Agus, petugas keamanan dan petugas kebersihan menjadi bertambah kerjanya karena menjaga ketat gerbang serta mengantar titipan makanan keluar masuk.
"Silahkan datang lihat sendiri antara pukul 12.20 hingga 12.40 di gerbang sekolah. Saya masih menunggu jawaban dari pihak sekolah. 5 orang dari kami sudah bertemu dengan pihak yang mengaku mewakili sekolah untuk pembahasan, namun pihak tersebut tidak menguasai situasi dan keadaan lapangan jadi tidak bisa berharap banyak. Sementara koordinatornya sendiri tidak ada kemauan untuk turun memantau situasi seperti apa," timpal ortu siswa lainnya bernama Hansen.
"Anak saya hampir terpijak beberapa waktu lalu akibat kebijakan ini. Apakah harus menunggu ada korban baru bersibuk seperti beberapa kasus terdahulunya?" katanya.
Diketahui, beberapa perwakilan ortu siswa akan melaporkan masalah ini ke DPRD Kota Medan apabila tidak ada tanggapan.
Mereka menganggap, tidak seharusnya ada kebijakan seperti ini bila sekolah tersebut giat mengajarkan moralitas anak kepada orang tua, apalagi berformat keagamaan.
Bahkan, kepala sekolah yang juga merasa memiliki tanggungjawab moral tidak berkutik atas kebijakan ini terutama bagi yang tua menjemput cucunya.
"Kebijakan kurikulum hak sekolah, kebijakan kenyamanan hak bersama. Kami juga ingin sekolah anak kita maju dan baik. Tapi bila begini tanpa ada solusi, mungkin kami memikirkan alternatif pindah usai ujian naik kelas," tukas nenek Amei sembari mengaku dirinya kerap berdesakan saat mengantar makanan.
Para ortu siswa berharap mereka mendapat perhatian serius dari pihak Yayasan sekolah Bodhicitta Medan.
Saat wartawan mengkonfirmasi perihal masalah ini ke Kepala Sekolah SMU sekaligus Sekretaris Yayasan Sekolah Bodhicitta Rudiyanto Tanwijaya, dia mengaku bahwa pihaknya tidak melarang ortu masuk sepanjang memang ada kepentingan yang relevan dengan urusan pendidikan.
"Sampai hari ini kami masih menerima orangtua siswa masuk untuk urusan misalnya pembinaan siswa, dll," ungkapnya.
Terkait kebijakan tidak diperbolehkan ortu siswa sembarangan masuk, Rudiyanto menegaskan hal itu dikarenakan pihaknya mengedepankan keamanan siswa.
"Menjemput siswa secara gelondongan sangat beresiko. Bagaimana kalau ada yang menyaru sebagai ortu. Atau ada yang berniat jahat lainnya? Pada prinsipnya kebijakan ini untuk keamanan siswa. Jika terjadi apa-apa dengan siswa, bagaimanapun sekolah juga kena getahnya," tegasnya.
Tapi, Rudiyanto mengaku, akan kembali mensosialisasikan kebijakan ini kepada ortu siswa.
"Nanti kami coba sosialisasi ulang. Justru kami sangat memikirkan dampak pada siswa bukan sebaliknya," tutupnya.
Terkait masalah ini, wartawan juga mencoba konfirmasi melalui pesan Whatsapp ke Koordinator Lapangan Sekolah Bodhicitta Halim Sentosa, dia tidak membalasnya, walaupun pesan sudah dibaca.